Senin, 28 Agustus 2017

Kisah Alqur'an: Adam Dan Hawa

Kisah Alqur'an: Adam Dan Hawa

Kisah yang akan kami paparkan dalam tulisan ini adalah kisah dua insan ciptaan Allah SWT yang diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Adam dan Hawa merupakan makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah SWT dengan nama manusia.
Diawali dengan penciptaan Adam oleh Allah SWT. Sebagaimana yang tersurat dalam firman-Nya dalam Q.S. al-Hijr (15): 28-29
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu Berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku maka tunduklah kepadanya dengan bersujud.”
Allah SWT mengagungkan Adam dengan menyebutkannya dihadapan malaikat sebelum penciptaannya dan memuliakan Adam dengan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya.[1] Padahal Adam hanya diciptakan dari tanah sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya. Tapi karena ketundukkan dan kepatuhan malaikat kepada Tuhannya maka tidak menjadi masalah bagi mereka untuk bersujud kepada manusia pertama ciptaan Allah.
Adam diciptakan oleh Allah dan ditempatkan disurga, namun pada saat itu Adam merasa kesepian, karena tidak ada teman yang sejenis dengannya. Oleh karena itu, Allah menciptakan Hawa sebagai teman sekaligus istri yang akan senantiasa menemani Adam sampai akhir hayatnya. Dan penciptaan Hawa ini tanpa sepengetahuan Adam. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Kaśir, beliau dalam bukunya menceritakan:[1]
Ketika Adam ‘alaihis salam sendirian di syurga para malaikat, Alloh pun menciptakan pasangannya, yaitu seorang wanita. As-Sudi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan beberapa shahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam lainnya, bahwa mereka bercerita : “Ketika Iblis telah dikeluarkan dari syurga dan Adam telah tinggal di syurga, maka Adam pun kesepian di dalamnya, tidak ada pasangan yang dia bisa menjadi tentram kepadanya. Ke-mudian Adam tertidur, setelah bangun di sebelah kepalanya ada seorang wa-nita yang duduk, yang Alloh ciptakan dari tulang rusuk Adam. Adam berta-nya : “Siapa kamu ?” Wanita tersebut menjawab : “Seorang wanita.” Lalu Adam bertanya lagi : “Untuk apa kamu diciptakan?” Wanita itu menjawab : “Agar kamu menjadi tentram kepadaku.” Kemudian para malaikat melihat kepadanya dan berkata : “Siapa namanya, wahai Adam ?” Adam menjawab : ”Hawa.” Para malaikat bertanya : “Kenapa engkau namai Hawa ?” Adam menjawab : “Karena dia diciptakan dari sesuatu yang hidup.” Hawa selaku wanita pertama diciptakan oleh Alloh ta’ala dari tulang rusuk Adam ‘alaihis salam sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam[2] :
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَمُوسَى بْنُ حِزَامٍ قَالَا حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ مَيْسَرَةَ الْأَشْجَعِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ[3]
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Musa bin Ḥizam keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Ḥusain bin ‘Ali dari Zaidah dari Maisarah al-Asyja’i dari Abi Ḥāzim dari Abu Hurairah R.A. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, bila isa menyaksikan sautu perkara hendaklah berkata yang baik atau diam. Berilah wasiat kepada kaum wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Bila kamu hendak meluruskannya maka kamu bisa mematahkannya, namun bila kamu membiarkannya maka dia akan selalu bengkok. Maka berilah wasiat kepada wanita.” (H.R. Bukhari)
Setelah diciptakan keduanya tinggal di surga dan hidup bahagia menikmati segala kenikmatan yang ada didalamnya. Hal ini sebagaimana yang tetulis dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (2) : 35
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Dan Kami berfirman,”hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang zalim.”
Dalam ayat diatas selain diperkenankan tinggal disurga dan menikmati segala yang ada didalamnya, tapi Allah memberikan pantangan pada keduanya untuk tidak mendekati sebuah pohon apalagi sampai memakan buahnya. Buahnya dinamakan buah khuldi yang artinya adalah keabadian. Karena diambil dari ucapan setan yang membisikan kepada keduanya bahwa jika memakan buah tersebut akan hidup abadi kekal selama-lamanya. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah surat al-A’raf (7): 20-21
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ  وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga”. “sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang memberi nasehat”.
Segala bujuk rayu setan akhirnya berhasil menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah tersebut. Yang mengakibatkan keduanya mendapat murka dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu), dengan tipu daya, tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang Kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu:”Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua.
Setelah melanggar pantangan dari Allah yang mengakibatkan kemurkaan Allah kepada keduanya. Adam memohon taubat kepada Allah SWT sebagai pengakuan atas dosanya dan memohon agar diampuni dosa yang telah ia perbuat. Terjadi dialog antara Adam dengan Tuhannya sebagaimana yang tertulis dalam al-Qur’an surat al-A’raf (7): 23
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Adam berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah berbuat aniaya terhadap diri Kami, karenanya jika Engkau 
.tidak memberi pengampunan dan rahmat kepada kami tentulah Kami tergolong orang-orang yang zalim”

Allah yang memiliki sifat ar-Rahman akhirnya mengampuni dosa keduanya yaitu Adam dan Hawa. Tapi sebagai hukumannya Adam dan Hawa diturunkan dari surga ke bumi untuk menjalani hidup dan mengalami kematian disana. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah (2): 36
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍفَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu!,..sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain dan bagi kamu ada tempat kedamaian di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya karena Allah Maha menerima taubat dan Maha Pengasih”

Demikianlah kisah Adam dan Hawa mulai dari penciptaan hingga penurunan di keduanya ke bumi.
Dalam kisah yang telah kami paparkan diatas banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil diantaranya adalah:
1.   Allah adalah Zat yang Maha Kuasa yang baginya tidak ada yang tidak mungkin. Misalkan dari kisah diatas, Allah menciptakan makhluk yang belum pernah ada sebelumnya yaitu Adam.
2.  Manusia mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan makhluk Allah yang diciptakan oleh Allah sebelum penciptaan Adam. Itu terbukti dengan adanya perintah dari Allah kepada para Malaikat untuk bersujud kepadanya. Maka dari itu kita harus bangga dan berusaha untuk menjaga status kita sebagai makhluk yang istimewa dengan cara senantiasa menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
3.   Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita tekah di berikan rambu-rambu, mana yang boleh dan tidak boleh kita lakukan di dunia ini. Rambu-rambu itu sudah diatur oleh syari’at Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
4.  Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia karena mereka akan senantiasa menggoda manusia agar berbuat durhaka kepada Allah. Karena mereka diusir dari surga karena mereka dulunya enggan untuk sujud kepada Adam. Sehingga mereka senantiasa mencari teman untuk bersama-sama menghuni neraka dan kekal didalamnya.
5.   Sudah menjadi fitrah manusia selalu berbuat dosa karena manusia memiliki hawa nafsu. Oleh karena itu kita diajarkan untuk bisa menahan hawa nafsu. Karena akibat dari mengikuti hawa nafsu adalah akan mendatangkan kemurkaan dari Allah SWT.
6.  Jika memang sudah terlanjur berbuat dosa jangan lantas berputus asa, apalagi malah terus-menerus mengrjakan dosanya. Segeralah bertaubat kepada Allah SWT, karena Allah selalu menerima taubat hamba-Nya. Asal taubat itu adalah taubat yang sungguh-sungguh. Yaitu menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan kemudia bertekad untuk menjauhi dan tidak akan berbuat dosa lagi.  Kemudian meningkatkan ibadah agar mendapatkan pahala yang bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ , دِقَّهُ وَجُلَّهُ , أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ , وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَخْطَأْتُ , وَمَا عَمَدْتُ , وَمَا عَلِمْتُ , وَمَا جَهِلْتُ
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَوَسِّعْ لِي ذَاتِي وَبَارِكْ لِي فِيمَا رَزَقْتَنِي
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
  
D.    DAFTARPUSTAKA
Al-Bukhari, Shaih al-Bukhāri, (Dāruthuq an-Najjah T.T.)
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Ibnu Kaśir, Tafsîr al-Qur’an al-‘Aẓîm Lebanon: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Ibnu Kaśir, Kisah Para Nabi, penerjemah, M. Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.




[1]

Kajian Tentang Kematian

KEMATIAN
A.    Makna dan Term Searti Kematian
a.      Makna Kematian
1.      Etimologi
Kematian dalam bahasa arab disebut al-maut yang berarti akhir kehidupan di dunia atau keluarnya ruh dari jasad atau tidak adanya nyawa dalam tubuh biologis.
2.      Terminologi
Kematian ialah fenomena yang murni berkenaan urusan jasmani sebagai proses berkesinambungan dengan kehidupan berikutnya.
3.      Terma Yang Searti dengan Kematian
1.      Al-Ajal (QS. Yunus/10 : 49

49. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

[696] Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya.

QS. Al-Munafiqun/63 : 11
  
11. dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.


2.      Al-Yaqin (QS.)
3.      Al-Wafāt
(QS. Al-Sajdah/32 : 11)
   
11. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."



B.     Macam-Macam Kematian
a.       Mati Syāhid (Ali Imran/3 : 142-143)
b.      Mati dalam Berhijrah (Al-Hajj/22 : 58)
c.       Mati Tidak Syāhid/Mati Fasik (Al-Taubah/9 : 84, 125) dan Mati Kafir (Al-Baqarah/2 : 161, Ali Imran/3 : 91, 157&158) 
C.    Keberadaan, Karakteristik, dan Kedudukan Kematian
a.       Keberadaan Kematian
1.       Mati Sesuatu yang Pasti atau Sunnatullah (Al-Anbiyā`/21 : 34, )
2.       Mati adalah Takdir. (Ali Imran/3 : 145, 156)
3.       Mati adalah digenggamnya Jiwa oleh Allah. (QS. Al-Zumar/39 : 42)
4.       Mati adalah dicabutnya keledzatan
5.       Mati Bagaikan Pintu (Maryam/19 : 66)
6.       Mati adalah hilangnya panca indra. (QS. Maryam/19 : 21)
7.      Mati adalah ketersesatan atau tidak berfungsinya potensi indra dan fikiran, serta hati manusia sebagaimana mestinya. (QS. Al-An’am/6 : 122)
8.      Mati keluar dari kehidupan. (QS. Al-Rum/30 : 19)
b.      Karakteristik Kematian
1.      Mati terjadi tepat waktu. (QS. Al-Munafiqun/63 : 11),
2.      Mati terjadi tiba-tiba. (QS. Luqman/31 : 34)
3.      Mati selalu menjemput makhluk. (QS. Ali Imran/3 : 154, QS. Al-Nisa`/4 : 78, QS. Ibrahim/14 : 17, QS. Al-Jum’ah/62 : 8)
c.       Kedudukan Kematian
1.       Mati adalah Makhluq. (QS. Al-Muluk/67 : 2)
2.       Mati adalah Pintu
3.       Penasihat Manusia
4.       Bahan Renungan
D.    Tujuan Dan Hikmah Kematian
a.   Tujuan Kematian
1.      Menseleksi Manusia yang Terbaik Amalnya
2.       Menentukan Nasib Manusia
3.       Membuktikan Amal Pribadi
b. Hikmah Kematian
1.       Istikomah Iman (Belief  System)
2.       Berlomba Beramal Kebaikan
3.       Menambah Kepatuhan
E.     Relasi Kematian dan Kehidupan
a.       Kehidupan menjadi media mempersiapkan diri menghadapi kematian
b.      Kehidupan merupakan tempat bercocok tanam dan kematian tempat memanen
1.      QS. Al-Sajdah/32 : 11
  
Artinya: Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (QS. Al-Sajdah/32 : 11)
2.      QS. Al-Munafiqun/63 : 11
   
Artinya: dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munafiqun/63 : 11)






Selamat datang kepada Mahasiswa Baru di jurusan IAT & ILHA Di IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Untuk semua perjuangan yang telah kau tempuh...Untuk semua keringat yang telah menetes....dan untuk semua do'a yang telah terucap...Dari Kami HIMA-TH mengucapkan.Selamat datang kepada Mahasiswa Baru di jurusan IAT (Ilmu Al-qur'an Tafsir dan Tafsir) dan ILHA (Ilmu Hadits).Selamat datang dikampus perjuangan, selamat berkarya untuk indonesia lebih baik.
Ga🤗Garuda didadaku, Al-Qur'an Hadits dihatiku.🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩