Sabtu, 11 November 2017

Refleksi Hari Pahlawan

Ada sedikit anomali di zaman yang serba maya saat ini tentang hari pahlawan. Memang benar, di masa masa millenium ini hari pahlawan begitu meriah di ucapkan di mana mana, media masa, media online, semua begitu ramai. Tapi mungkinkah cuman itu yang kita dapat di hari pahlawan? Tidak, saya kira, kita bisa mendapatkan lebih banyak.
10 November, di tetapkan sebagai hari pahlawan bukan tanpa sebab. Hari itu, tak terhitung banyaknya nyawa yang berjuang mati mempertahankan kemerdekaan dari ganasnya meriam dan tembakan. Hari itu, semua orang hanya bisa berharap harap cemas. Akankah kita, menjadi bangsa budak lagi, ataukah kita bisa menyelesaikan hari itu dan tetap merdeka. Tak terhitung kerugian yang bersifat materil saat itu. Kota yang hancur berantakan. Badan yang berlumuran darah. Keluarga yang tercerai berai. Dan banyak lagi kekacauan yang terjadi. Hari Pahlawan adalah titik penentu, darah kita akan mengalir kemana. Menjadi bangsa budak, atau merdeka dengan pedih.
Waktu itu, tidak ada yang tahu hasilnya akan seperti apa. Semua begitu gamang. Tapi satu hal yang terus di kumandangkan. Berjuang !
Sampai saat ini, saya begitu yakin. Orang-orang yang kadung terlanjur mati tidak akan tahu bangsa kita akan mengalir ke arah seperti ini. Mereka mungkin akan bingung, ada kedamaian di Indonesia. Merdekalah, lagi, saat itu pula.
Sekarang, tepat di masa yang begitu segala terasa mudah dengan dua jempol di atas layar. Kita bukan hanya dibutakan dengan kemudahan. Kita juga sudah di penjara kesenangan. Pejabatnya di penjarakan jabatan - lalu main mata. Anak mudanya di manjakan maya, lalu lupa dunia.
Akhirnya, aku hanya punya bertanya pada diriku sendiri.
Masih pantaskah aku bersorak, hari ini adalah hari pahlawan sedang aku hanya diam dalam kamar dan penjaraku?
10 November 2017
Kominfo Hima-TH